Sejauh Mata Memandang Hadirkan Koleksi “Larung” Peduli Laut

Rabu, 29 Oktober 2025 | 11:28:54 WIB
Sejauh Mata Memandang Hadirkan Koleksi “Larung” Peduli Laut

JAKARTA - Dalam dunia mode yang kerap berfokus pada tren cepat, Sejauh Mata Memandang (SMM) memilih langkah berbeda. Melalui konsep slow fashion dan sirkularitas, jenama tekstil ini kembali hadir di Jakarta Fashion Week (JFW) 2026 dengan koleksi bertajuk “Larung”, menekankan kesadaran terhadap kondisi laut Indonesia yang kian terancam pencemaran dan eksploitasi berlebihan.

Koleksi ini bukan sekadar pakaian, melainkan perwujudan doa dan refleksi bagi keberlangsungan ekosistem laut. Chitra Subyakto, pendiri sekaligus direktur kreatif SMM, menjelaskan makna di balik nama koleksi ini.

“Saya pencinta laut. Sekarang banyak sekali berita yang mengenaskan, terumbu karang kita sudah mencapai titik balik, sudah mulai memutih, artinya sudah mati,” tutur Chitra saat ditemui di Pondok Indah Mall, Jakarta.

“Larung”: Simbol Doa dan Kesadaran Lingkungan

Kata “Larung” dipilih bukan sekadar tema, tetapi juga simbol perenungan. Menurut Chitra, larung adalah bentuk doa ke laut, harapan agar masyarakat lebih peduli terhadap makhluk lain dan lingkungan di sekitar mereka.

“Jadi karya ini juga semacam doa, mudah-mudahan makin banyak orang yang peduli dan sadar pentingnya memikirkan makhluk lain selain diri kita,” lanjutnya.

Dalam pergelaran JFW 2026, SMM menampilkan kurang lebih 30 rancangan busana yang mengekspresikan kedekatan manusia dengan laut. Dominasi warna biru laut, hijau, dan putih pasir menghadirkan nuansa tropis, disesuaikan dengan karakter negara kepulauan seperti Indonesia.

“Koleksi ini lebih sederhana, lebih manis, lebih tropik, karena kan Indonesia itu negara kelautan. Jadi yang make sense dipakai di sini ya baju yang nyaman, ringan, dan cocok untuk dua musim kita,” ujar Chitra.

Bahan Ramah Lingkungan dan Slow Fashion

Konsistensi SMM terhadap bahan ramah lingkungan tetap terjaga. Chitra menegaskan, polyester atau material yang menjadi sampah abadi tidak digunakan dalam koleksi ini.

“Yang pasti kita tidak menggunakan material yang bisa menjadi sampah abadi seperti polyester,” tegasnya.

Koleksi “Larung” menggunakan bahan katun, linen, tensel, serta kain lawas dan stok lama (deadstock) hasil kolaborasi dengan modiste senior Sharon Yap. Langkah ini bukan sekadar estetika, tetapi bagian dari upaya memperpanjang usia pakaian dan mengurangi limbah tekstil.

“Daripada kain-kain lama itu terdiam saja, kita pakai lagi. Kain-kain itu punya nafasnya sendiri, jadi kita harus menyesuaikan, tidak bisa dipaksakan,” jelas Chitra.

“Intinya gimana caranya, gimana pentingnya untuk memperpanjang sebuah pakaian, produk, apapun itu supaya kita enggak cepat buang,” tambahnya.

Pendekatan ini menegaskan filosofi slow fashion, di mana setiap busana memiliki umur panjang, desain yang relevan, dan dampak lingkungan minimal.

Desain Tropis yang Fungsional

Koleksi ini mengusung potongan loose dan motif tropical, menghadirkan kenyamanan bagi penggunanya di iklim Indonesia. Setiap busana dirancang agar nyaman dipakai di dua musim, memperlihatkan keselarasan antara mode, fungsi, dan kelestarian lingkungan.

Selain itu, penggunaan kain deadstock menantang tim desain untuk menggabungkan warna, tekstur, dan pola lama menjadi karya baru, sehingga setiap pakaian memiliki karakter unik dan cerita tersendiri.

Mode Sebagai Medium Pesan Lingkungan

Dengan koleksi “Larung”, SMM ingin menunjukkan bahwa fashion bisa menjadi medium edukasi dan kampanye lingkungan. Panggung JFW 2026 menjadi sarana untuk menyampaikan pesan penting: menjaga laut adalah tanggung jawab bersama.

“Saya ingin orang-orang melihat busana ini tidak hanya sebagai pakaian, tapi juga pesan bahwa kita harus peduli pada laut dan planet kita,” kata Chitra.

Melalui perpaduan slow fashion, material ramah lingkungan, dan estetika tropis, koleksi ini mengajak publik untuk merenungkan hubungan mereka dengan alam dan dampak konsumsi terhadap lingkungan.

Fashion Berkelanjutan untuk Masa Depan Laut

Koleksi “Larung” menegaskan posisi Sejauh Mata Memandang sebagai pelopor fashion berkelanjutan dan peduli lingkungan. Dengan mengedepankan bahan ramah lingkungan, desain tropis yang fungsional, serta pesan ekologis yang kuat, SMM membuktikan bahwa panggung mode bisa menjadi sarana refleksi sosial dan ekologi.

Di era di mana fast fashion mendominasi industri tekstil, langkah SMM memberikan alternatif yang lebih bertanggung jawab, mengajak konsumen untuk memilih pakaian dengan kesadaran lingkungan. Koleksi ini bukan hanya untuk dilihat, tetapi untuk menginspirasi tindakan nyata demi menjaga laut dan ekosistemnya

Terkini