BMKG Tetapkan Status Siaga, Waspadai Cuaca Ekstrem Musim Hujan

Senin, 03 November 2025 | 09:23:58 WIB
BMKG Tetapkan Status Siaga, Waspadai Cuaca Ekstrem Musim Hujan

JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menetapkan status siaga di sejumlah wilayah Indonesia seiring meningkatnya potensi bencana hidrometeorologi menjelang puncak musim hujan 2025/2026. 

Keputusan ini disampaikan dalam Jumpa Pers Kesiapsiagaan Hadapi Puncak Musim Hujan.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menegaskan bahwa peningkatan curah hujan secara signifikan akan terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia dalam beberapa pekan ke depan. 

Kondisi ini dipicu oleh faktor dinamika atmosfer global, seperti aktifnya fenomena La Niña Modoki dan gangguan sirkulasi monsun Asia yang memperkuat pembentukan awan hujan di wilayah tropis Indonesia.

“Status siaga untuk sepekan ke depan ditetapkan di Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta,” kata Dwikorita. Selain itu, Papua juga termasuk wilayah siaga yang berpotensi meluas ke Maluku Utara dan sebagian Sulawesi.

BMKG mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi bencana seperti banjir, tanah longsor, angin kencang, dan genangan air di daerah rawan. Kewaspadaan ini juga diimbau kepada pemerintah daerah agar memperkuat sistem mitigasi dan kesiapsiagaan di lapangan.

Wilayah-Wilayah dengan Potensi Cuaca Ekstrem

Menurut data BMKG, wilayah dengan status waspada meliputi hampir seluruh provinsi di Indonesia, mulai dari Aceh, Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, hingga Papua. 

Peningkatan curah hujan intens diperkirakan berlangsung pada November hingga awal Februari 2026, dengan potensi tertinggi terjadi pada Desember dan Januari.

Daerah-daerah pesisir utara Pulau Jawa, seperti Jakarta, Karawang, Cirebon, dan Semarang, diperkirakan menjadi titik rawan banjir akibat kombinasi antara curah hujan tinggi dan pasang air laut (rob). Sementara wilayah pegunungan seperti Jawa Barat bagian selatan, Jawa Tengah, serta Sulawesi Tengah diperkirakan lebih rentan terhadap bencana longsor.

“Curah hujan ekstrem ini bisa mencapai lebih dari 150 milimeter per hari di beberapa lokasi,” jelas Dwikorita. Ia menambahkan bahwa kondisi atmosfer yang tidak stabil dapat memicu hujan lebat disertai petir dan angin kencang secara tiba-tiba.

BMKG juga meminta pemerintah daerah untuk mengaktifkan posko siaga bencana di titik-titik rawan, serta memastikan saluran drainase dan sistem tanggul berfungsi optimal agar risiko banjir dapat ditekan seminimal mungkin.

Koordinasi Antarinstansi dan Peran Masyarakat

BMKG menilai kesiapsiagaan menghadapi puncak musim hujan tidak dapat dilakukan secara parsial. Diperlukan kolaborasi lintas sektor antara pemerintah daerah, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), TNI, Polri, dan instansi teknis lainnya.

Selain itu, peran masyarakat juga sangat penting dalam mengurangi dampak bencana. Dwikorita menegaskan bahwa masyarakat perlu aktif memantau informasi cuaca harian dari kanal resmi BMKG dan tidak mudah percaya terhadap informasi tidak terverifikasi di media sosial.

“Koordinasi lintas sektor menjadi krusial untuk mengantisipasi dampak musim hujan ekstrem ini,” ujarnya. Ia juga mengimbau masyarakat untuk tidak beraktivitas di daerah rawan banjir dan longsor, serta menjaga kebersihan lingkungan agar aliran air tidak tersumbat sampah.

Program mitigasi berbasis komunitas, seperti kerja bakti membersihkan saluran air dan pembuatan sumur resapan, disebut sebagai langkah efektif untuk memperkuat ketahanan wilayah terhadap bencana hidrometeorologi.

Langkah Mitigasi dan Edukasi Publik

Selain mengeluarkan peringatan dini, BMKG juga melakukan upaya edukasi publik mengenai perubahan iklim dan kesiapsiagaan menghadapi cuaca ekstrem. Program literasi iklim dan pelatihan masyarakat tanggap bencana menjadi bagian dari strategi nasional untuk meningkatkan kesadaran publik.

Dwikorita menuturkan bahwa BMKG terus memperkuat sistem early warning system dengan memanfaatkan teknologi satelit dan radar cuaca beresolusi tinggi. Dengan sistem tersebut, peringatan dini dapat dikirimkan secara lebih cepat dan akurat kepada pemerintah daerah serta masyarakat.

Pemerintah daerah juga diimbau untuk menyiapkan langkah tanggap darurat seperti evakuasi cepat, distribusi logistik, dan penyediaan tempat pengungsian yang layak apabila terjadi bencana. Sementara itu, masyarakat diminta untuk mengenali tanda-tanda cuaca ekstrem seperti perubahan warna awan, peningkatan angin, atau hujan deras yang datang tiba-tiba.

Waspada, Bukan Panik

Peringatan dini dari BMKG bukan dimaksudkan untuk menimbulkan kepanikan, melainkan untuk meningkatkan kesiapsiagaan bersama. Dengan memahami potensi cuaca ekstrem, melakukan langkah antisipatif, dan memperkuat koordinasi, dampak bencana diharapkan dapat diminimalkan.

“Musim hujan adalah siklus alamiah yang tidak dapat dihindari, tetapi dampaknya bisa kita kendalikan dengan kesiapsiagaan,” tutup Dwikorita.

Terkini

Cara Membatalkan Pesanan di Blibli Lewat HP dan Komputer

Senin, 03 November 2025 | 22:12:54 WIB

10 Strategi Digital Marketing UMKM biar Naik Kelas

Senin, 03 November 2025 | 22:12:53 WIB

Aturan Penagihan Utang Debt Collector Terbaru 2025

Senin, 03 November 2025 | 22:12:52 WIB

6 Cara Top Up Flazz BCA Mobile dan Tips dan Anti Ribet!

Senin, 03 November 2025 | 19:35:15 WIB