Kasus Demam Berdarah Diprediksi Meningkat Tahun Ini

Senin, 03 November 2025 | 13:24:44 WIB
Kasus Demam Berdarah Diprediksi Meningkat Tahun Ini

JAKARTA - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia menunjukkan tren meningkat dalam beberapa tahun terakhir. 

Data dari Kementerian Kesehatan mencatat Indonesia masih menyumbang sekitar 66 persen kematian akibat dengue di Asia pada 2024, sekaligus menjadi salah satu negara dengan jumlah kasus tertinggi di kawasan.

Menurut Derek Wallace, President Global Vaccine Business Unit, Takeda Pharmaceuticals, dunia secara umum mengalami peningkatan kasus dengue signifikan dalam lima tahun terakhir, terutama di kawasan Amerika. 

Hingga April 2024, WHO melaporkan lebih dari 7,6 juta kasus dengue, termasuk lebih dari 16.000 kasus berat dan lebih dari 3.000 kematian.

Di Indonesia, kasus DBD meningkat dari 95.279 pada 2005, menjadi 114.720 pada 2023, dan melonjak 257.271 pada 2024. Sampai 28 Oktober 2025, tercatat 131.393 kasus dan 544 kematian, menegaskan dengue tetap menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat.

Musim Hujan dan Faktor Lingkungan

BMKG memprediksi musim hujan 2025/2026 akan lebih awal, dimulai Agustus, dengan puncak risiko November-Desember 2025, serta Januari-Februari 2026 di Kalimantan timur. 

Kondisi ini meningkatkan risiko banjir, tanah longsor, dan angin kencang, yang dapat mempercepat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti, vektor utama penyebaran dengue.

Selain risiko kesehatan, dengue menimbulkan beban ekonomi bagi masyarakat dan sistem kesehatan nasional. Data BPJS Kesehatan menunjukkan biaya klaim perawatan pasien DBD meningkat drastis, dari Rp626 miliar (2021) menjadi Rp2,9 triliun (2024). 

Beban ini belum termasuk biaya tak langsung, seperti produktivitas hilang dan tekanan emosional bagi pasien dan keluarga.

Peran Sistem Kesehatan dan Pencegahan Dini

Prof. dr. Ghufron Mukti, Direktur Utama BPJS Kesehatan, menekankan peserta JKN dijamin untuk mendapatkan perawatan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) maupun rumah sakit rujukan jika diperlukan. 

“Proses rujukan dilakukan berdasarkan indikasi medis dan kondisi klinis, bukan semata jenis penyakit atau permintaan peserta,” ujarnya.

Selain itu, panduan penanganan DBD diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan dan Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran, serta tercakup dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI). Dengan demikian, dokter FKTP memiliki kompetensi wajib menangani DBD sesuai prosedur.

Menurut Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, infeksi dengue pada orang dewasa dengan penyakit penyerta (hipertensi, obesitas, diabetes, gangguan ginjal kronis) berisiko lebih berat hingga tujuh kali lipat. Dampak lain adalah absen kerja selama beberapa hari dan menurunnya produktivitas. 

Pencegahan dan deteksi dini menjadi langkah utama, termasuk perluasan cakupan imunisasi dengue untuk dewasa dan lansia.

Sementara itu, Prof. Dr. dr. Hartono Gunardi, Ketua Satgas Imunisasi IDAI, menegaskan anak-anak paling rentan terhadap DBD. Pada 2024, 43 persen kasus terjadi pada usia <14 tahun, dengan kematian tertinggi di usia 5–14 tahun. Orang tua diimbau waspada selama fase kritis hari ke-4 hingga ke-5 demam.

Strategi Nasional dan Kolaborasi Lintas Sektor

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan dan mitra multi-sektoral telah memperkuat surveilans, pengendalian vektor, edukasi masyarakat, dan akses imunisasi sesuai Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021–2025.

dr. Asik Surya, Ketua Harian KOBAR, menekankan pentingnya kepemimpinan kolaboratif, visioner, dan aksi nyata, melibatkan sektor kesehatan, lingkungan, pendidikan, dan tata ruang, serta masyarakat, akademisi, dan komunitas. 

“Hanya dengan kepemimpinan kuat dan berbasis data, negara dapat beralih dari pendekatan reaktif menuju sistem prediktif dan preventif yang menurunkan kematian akibat dengue secara berkelanjutan,” ujarnya.

dr. Prima Yosephine, Pelaksana Harian Direktur Penyakit Menular Kemenkes, menambahkan bahwa pencegahan dengue harus dilakukan secara terintegrasi, termasuk program 3M plus, imunisasi anak usia empat tahun, dan intervensi segera saat gejala muncul. 

Strategi ini diharapkan membantu Indonesia mencapai target Zero Dengue Deaths 2030.

Waspada, Pencegahan, dan Aksi Bersama

Dengue tidak hanya ancaman kesehatan, tetapi juga menimbulkan beban ekonomi dan sosial yang nyata. Dengan peningkatan kasus, musim hujan yang lebih awal, serta kelompok rentan (anak-anak dan orang dewasa dengan komorbid), kesadaran kolektif dan tindakan preventif menjadi kunci.

Kolaborasi lintas sektor, deteksi dini, imunisasi, pengendalian vektor, serta edukasi masyarakat harus dijalankan secara konsisten. Hanya dengan langkah terpadu, Indonesia dapat mengurangi risiko dengue dan mencapai target Zero Dengue Deaths 2030, sekaligus melindungi kesehatan dan kesejahteraan warganya.

Terkini

Cara Membatalkan Pesanan di Blibli Lewat HP dan Komputer

Senin, 03 November 2025 | 22:12:54 WIB

10 Strategi Digital Marketing UMKM biar Naik Kelas

Senin, 03 November 2025 | 22:12:53 WIB

Aturan Penagihan Utang Debt Collector Terbaru 2025

Senin, 03 November 2025 | 22:12:52 WIB

6 Cara Top Up Flazz BCA Mobile dan Tips dan Anti Ribet!

Senin, 03 November 2025 | 19:35:15 WIB