Bulog Kembali Serap Beras Petani Merauke, Harga Diharapkan Naik

Selasa, 04 November 2025 | 10:26:54 WIB
Bulog Kembali Serap Beras Petani Merauke, Harga Diharapkan Naik

JAKARTA - Kabar baik datang dari Kabupaten Merauke, Papua Selatan. Setelah sempat terhenti beberapa waktu, Perum Bulog kembali menyerap beras hasil panen petani lokal, langkah yang disambut dengan penuh antusias oleh para petani.
 

Kebijakan ini dinilai menjadi angin segar di tengah kekhawatiran petani terkait sulitnya menjual hasil panen apabila Bulog tidak lagi berperan sebagai penyangga utama distribusi beras di daerah tersebut.

Keputusan Bulog ini bukan hanya menghidupkan kembali roda ekonomi petani, tetapi juga memperkuat rantai pasok pangan nasional di wilayah timur Indonesia. Dengan adanya penyerapan kembali beras dari petani, harapan akan stabilitas harga dan kesejahteraan petani pun ikut tumbuh.

Petani Merauke Sambut Gembira Penyerapan Kembali Beras oleh Bulog

Salah satu petani Merauke, Yuniarti, mengungkapkan rasa gembiranya atas langkah Bulog yang kembali membeli beras dari petani melalui mitra penggilingan. Menurutnya, keputusan tersebut membawa kelegaan bagi banyak petani yang selama ini bergantung pada pembelian Bulog.

“Tentu itu kabar gembira kalau Bulog bisa membeli kembali beras petani melalui usaha penggilingan yang menjadi mitra Bulog selama ini,” kata Yuniarti saat ditemui oleh media ini.

Yuniarti menjelaskan bahwa selama ini Bulog menjadi pihak yang paling konsisten menyerap hasil panen petani, terutama melalui jaringan usaha penggilingan lokal. Ia mengakui, sempat muncul kekhawatiran ketika Bulog menghentikan pembelian akibat surat edaran dari Badan Pangan Nasional, yang membuat penyerapan beras petani sempat tertunda.

“Kalau misalnya Bulog tidak membeli lagi, baru kami mau jual ke mana,” ujarnya dengan nada cemas mengenang masa penundaan tersebut.

Peran Strategis Bulog dalam Menopang Rantai Pangan Petani

Selama ini, Bulog bukan hanya berfungsi sebagai lembaga penyimpan cadangan pangan nasional, tetapi juga sebagai penopang keseimbangan pasar hasil panen petani. Meski ada sejumlah pedagang dan pembeli di luar Bulog, namun kapasitas pembelian mereka tidak sebesar peran Bulog dalam menyalurkan beras petani.

Menurut Yuniarti, pembeli non-Bulog biasanya membeli dalam jumlah kecil dan dengan harga yang lebih fluktuatif. Karena itu, Bulog dianggap tetap menjadi mitra paling strategis bagi petani dalam menjaga kepastian pasar.

“Selama ini memang ada pedagang di luar Bulog, tapi jumlah beras yang mereka beli tidak sebanyak yang dilakukan Bulog,” ungkapnya.

Ia juga menyoroti pentingnya keberlanjutan kebijakan ini agar petani dapat memiliki jaminan pasar setiap musim panen. Keberadaan Bulog di lapangan menjadi faktor kunci yang menjaga semangat petani untuk terus menanam padi tanpa khawatir soal distribusi hasil panen.

Permintaan Kenaikan Harga Demi Sejahterakan Petani

Meskipun menyambut positif kebijakan penyerapan kembali beras oleh Bulog, Yuniarti menyampaikan harapannya agar harga pembelian pemerintah dapat ditinjau kembali. Ia menilai bahwa kenaikan harga pembelian dapat membantu petani merasakan kesejahteraan yang lebih baik setelah menghadapi biaya produksi yang terus meningkat.

“Harga pembelian pemerintah melalui Bulog sebenarnya sudah cukup bagus, tapi kalau bisa dinaikkan lagi sehingga petani benar-benar bisa merasakan kesejahteraan dari hasil panen mereka,” tandasnya.

Menurutnya, banyak petani di Merauke menghadapi kenaikan biaya produksi seperti pupuk, bahan bakar untuk mesin pertanian, hingga ongkos angkut. Dengan harga gabah atau beras yang lebih tinggi, petani dapat menutup biaya tersebut dan memiliki keuntungan yang layak.

Kenaikan harga juga dinilai akan menjadi insentif bagi petani untuk meningkatkan produktivitas. Selain itu, Bulog diharapkan terus memperluas kemitraan dengan usaha penggilingan lokal, agar proses penyerapan beras lebih cepat dan merata di seluruh wilayah Merauke.

Bulog Targetkan Serap 6.000 Ton Beras dari Petani

Setelah sempat berhenti membeli beras akibat regulasi sementara dari Badan Pangan Nasional, kini Perum Bulog Merauke kembali menargetkan pembelian sebanyak 6.000 ton beras dari petani melalui jaringan mitra penggilingan. 

Target ini menjadi bagian dari program pengadaan baru yang bertujuan memastikan cadangan beras tetap tersedia dan petani mendapatkan pasar yang pasti.

Langkah Bulog ini sekaligus menjadi bukti bahwa pemerintah terus memperhatikan stabilitas pangan di daerah, terutama di wilayah penghasil padi besar seperti Merauke. Dengan adanya penyerapan kembali, Bulog turut membantu menjaga keseimbangan antara pasokan dan permintaan beras di tingkat nasional.

Kebijakan ini juga menunjukkan sinergi antara Bulog, penggilingan, dan petani lokal, yang diharapkan dapat menciptakan ekosistem pertanian yang berkelanjutan. Dalam jangka panjang, keberlanjutan program ini bisa menjadi fondasi bagi ketahanan pangan di Indonesia Timur.

Selain berperan dalam menjaga cadangan beras nasional, Bulog juga menjadi garda terdepan dalam mendukung kesejahteraan petani. Dengan mekanisme penyerapan yang kembali berjalan, petani memiliki kepastian bahwa hasil jerih payah mereka akan terserap dengan baik, tanpa harus bersaing dalam pasar bebas yang fluktuatif.

Sinergi Bulog dan Petani Menuju Kemandirian Pangan

Kebijakan Bulog yang kembali menyerap beras dari petani Merauke memperlihatkan betapa pentingnya sinergi antara pemerintah, lembaga pangan, dan petani lokal. Langkah ini tidak hanya soal pembelian hasil panen, tetapi juga tentang menjaga keberlangsungan sistem pertanian nasional yang bergantung pada kesejahteraan petani.

Kepastian pasar yang diberikan Bulog menjadi penopang utama agar petani tetap berproduksi dengan semangat. Harapan besar kini tertuju pada konsistensi kebijakan dan peningkatan harga yang lebih berpihak kepada petani, sehingga hasil panen mereka benar-benar membawa kesejahteraan.

Dengan target pengadaan 6.000 ton beras dari petani, Bulog Merauke menegaskan perannya sebagai lembaga yang tidak sekadar menyalurkan beras, tetapi juga menggerakkan ekonomi lokal dan menjaga stabilitas pangan nasional.

Terkini