Harga Batu Bara Naik ke US$110, Didorong Permintaan Musim Dingin

Selasa, 04 November 2025 | 10:27:03 WIB
Harga Batu Bara Naik ke US$110, Didorong Permintaan Musim Dingin

JAKARTA - Harga batu bara global kembali mencatat rekor baru setelah dua bulan mengalami tekanan. 

Kenaikan tajam ini menandai penguatan pasar energi berbasis fosil di tengah meningkatnya permintaan dari sektor industri dan pembangkit listrik, terutama di China dan Eropa menjelang musim dingin.

Berdasarkan data Refinitiv, harga batu bara melonjak 2,5% dan mencapai US$112 per ton. Angka ini merupakan yang tertinggi sejak 11 Agustus 2025, sekaligus menjadi kali pertama harga menembus level US$110 per ton sejak 1 September 2025.

Kenaikan ini menjadi sinyal pemulihan kuat bagi komoditas batu bara, terutama setelah dua bulan terakhir pasar diwarnai tren penurunan akibat melemahnya permintaan dan tekanan dari transisi energi global.

China Jadi Motor Kenaikan Harga Batu Bara Dunia

Lonjakan harga batu bara kali ini banyak dipicu oleh kabar positif dari China, yang merupakan konsumen batu bara terbesar di dunia. Sepanjang Oktober, harga batu bara termal di China meningkat tajam akibat kombinasi faktor permintaan dan pasokan yang mengetat menjelang datangnya musim dingin.

Data pasar menunjukkan, harga batu bara termal Qinhuangdao (QHD) 5.500 kcal mencatat lonjakan signifikan dalam sebulan terakhir. Kenaikan ini dipicu oleh meningkatnya konsumsi listrik dari sektor industri dan rumah tangga, seiring turunnya suhu di berbagai wilayah utara China.

Pemerintah China juga mengambil langkah strategis dengan meminta pembangkit listrik memperkuat cadangan batu bara, guna menjamin stabilitas energi selama periode puncak konsumsi di bulan November dan Desember.

Kebijakan tersebut mendorong aksi pembelian besar-besaran di pasar spot, sehingga harga bergerak naik. Kondisi ini diperparah oleh cuaca ekstrem seperti curah hujan tinggi dan badai musim gugur, yang menghambat proses distribusi batu bara dari tambang ke pelabuhan.

Selain itu, indikator aktivitas manufaktur menunjukkan pemulihan di beberapa sektor, terutama konstruksi dan logam dasar, yang meningkatkan permintaan energi berbasis batu bara.

Gangguan Pasokan Tambang dan Penurunan Stok Pelabuhan

Kenaikan harga juga tidak lepas dari adanya gangguan pasokan dari wilayah tambang utama di China, seperti Shanxi dan Shaanxi. Pemerintah setempat memperketat inspeksi keselamatan kerja setelah beberapa insiden tambang, yang membuat sebagian operasi tertunda.

Kondisi ini menyebabkan stok batu bara di pelabuhan-pelabuhan utama menurun, termasuk di pelabuhan utara China. Laporan Sxcoal menyebutkan bahwa persediaan batu bara di sejumlah pelabuhan telah turun dari level sebelumnya, menandakan meningkatnya penyerapan oleh pembangkit listrik.

Turunnya stok memberi ruang bagi produsen untuk menahan atau menaikkan harga jual, sementara pembeli terus melakukan restocking untuk menghadapi musim dingin yang diperkirakan lebih panjang.

Di sisi lain, pasar batu bara termal di wilayah tambang seperti Datong dan Shuozhou menunjukkan stabilitas harga, di mana produsen memilih mempertahankan penawaran tinggi karena pasokan dan permintaan masih seimbang. Aktivitas transaksi tetap berjalan normal dengan pembeli tetap melakukan pembelian berulang.

Pasar menilai pemerintah China akan tetap menjaga keseimbangan pasokan energi sambil memastikan pasokan untuk industri strategis tetap terjaga. Sentimen ini memperkuat keyakinan bahwa harga batu bara akan tetap dalam tren naik moderat dalam jangka pendek.

Dampak ke Eropa: Gas Naik, Batu Bara Ikut Terdorong

Kenaikan harga batu bara tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi di Asia, tetapi juga dari kawasan Eropa, khususnya Jerman. Negara tersebut mencatat peningkatan konsumsi gas sebesar 3,7% pada tiga kuartal pertama 2025, dipicu oleh cuaca dingin ekstrem dan penurunan produksi energi angin.

Kenaikan konsumsi gas otomatis memperkuat posisi batu bara sebagai sumber energi substitusi. Dalam situasi ketika energi terbarukan belum mampu memenuhi kebutuhan puncak, batu bara kembali menjadi pilihan realistis bagi negara-negara Eropa untuk menjaga stabilitas pasokan listrik.

Fenomena ini juga memperlihatkan bahwa transisi energi hijau masih menghadapi tantangan signifikan. Ketika cuaca ekstrem mengganggu pembangkit energi terbarukan seperti angin dan surya, energi fosil seperti batu bara masih dibutuhkan untuk menopang sistem ketahanan energi nasional.

Prospek Harga Batu Bara: Naik Moderat, Tetap Volatil

Pelaku pasar memperkirakan harga batu bara akan tetap berada dalam tren kenaikan ringan dalam beberapa minggu ke depan, terutama jika pembangkit listrik terus melakukan restocking untuk musim dingin.

Namun demikian, volatilitas tetap tinggi. Faktor-faktor seperti kebijakan impor China, kondisi cuaca ekstrem, serta perubahan arah kebijakan energi di Eropa dan Asia akan sangat menentukan arah harga batu bara di sisa tahun 2025.

Meskipun tekanan dari agenda dekarbonisasi global terus meningkat, data menunjukkan bahwa permintaan energi fosil masih kuat, terutama di negara berkembang yang tengah mendorong pertumbuhan industri dan infrastruktur.

Kondisi ini menempatkan batu bara dalam posisi ambigu — di satu sisi dikritik karena emisinya, namun di sisi lain tetap menjadi penopang utama sistem energi global dalam jangka pendek hingga menengah.

Kesimpulan: Batu Bara Kembali Jadi Andalan Musim Dingin

Kenaikan harga batu bara hingga US$112 per ton mencerminkan keseimbangan baru antara kebutuhan energi global dan keterbatasan pasokan yang muncul akibat faktor alam dan kebijakan.

China menjadi motor utama kenaikan harga, sementara Jerman dan kawasan Eropa turut memperkuat tren dengan lonjakan konsumsi gas yang mendorong permintaan energi alternatif.

Dengan memasuki musim dingin, pasar energi global kembali menegaskan bahwa ketergantungan terhadap batu bara belum berakhir sepenuhnya, meskipun arah jangka panjang tetap menuju energi hijau.

Jika tren permintaan tinggi ini berlanjut hingga akhir tahun, maka bukan tidak mungkin harga batu bara akan kembali menembus level di atas US$115 per ton dalam waktu dekat.

Terkini