JAKARTA - Pemanfaatan teknologi digital di sektor keuangan terus berkembang pesat, dan kini jejak transaksi QRIS mulai dimanfaatkan sebagai dasar penilaian kelayakan kredit.
Bank-bank, terutama yang fokus pada segmen ritel dan UMKM, melihat potensi data transaksi digital sebagai cara untuk memperluas akses pembiayaan bagi masyarakat yang belum terjangkau layanan perbankan tradisional.
Dalam praktiknya, QRIS tidak lagi sekadar menjadi alat pembayaran. Data transaksi yang tercatat kini menjadi indikator perilaku finansial bagi bank, memungkinkan institusi keuangan menilai kemampuan bayar nasabah secara lebih akurat.
Pertumbuhan Transaksi QRIS Mencapai Puncak Baru
Bank Indonesia (BI) mencatat, sepanjang semester I-2025, volume transaksi QRIS mencapai 6,05 miliar transaksi, melonjak 156% dibanding periode sama tahun sebelumnya. Nilai transaksi pun menembus Rp 579 triliun, meningkat 132,4% secara tahunan.
Hingga Juni 2025, jumlah merchant QRIS tercatat 40,5 juta, dengan pengguna 57,6 juta orang, yang terus bertambah menjadi sekitar 60 juta pengguna per September 2025.
Deputi Gubernur BI, Juda Agung, menekankan bahwa penggunaan QRIS menciptakan jejak digital yang sangat berharga bagi pelaku UMKM. “Data-data ini bisa menjadi alternatif credit scoring yang membantu memperluas akses kredit,” ujarnya.
Melalui jejak digital ini, bank dapat melihat pola pemasukan, pengeluaran, hingga arus pelanggan, yang semuanya menjadi indikator perilaku keuangan bagi nasabah.
Bank Raya dan Allo Bank: Contoh Penerapan QRIS
Salah satu bank yang telah memanfaatkan data transaksi QRIS adalah Bank Raya Indonesia, anak usaha BRI yang fokus pada segmen digital dan UMKM.
Direktur Keuangan Rustati Suri Pertiwi (Tiwi) menjelaskan, pihaknya mengembangkan credit scoring berbasis riwayat transaksi QRIS dan mesin EDC BRI untuk produk dana talangan merchant.
“Kami mengembangkan credit scoring yang menganalisis aplikasi, perilaku, dan kemampuan bayar nasabah,” kata Tiwi.
Per September 2025, jumlah merchant QRIS Bank Raya sudah lebih dari 10.000, meningkat 87% secara tahunan. Volume transaksinya mencapai 1,4 juta transaksi, tumbuh 22%, dengan nilai transaksi Rp 75 miliar, naik 168% dari tahun sebelumnya.
Bank digital lain, Allo Bank, juga mengandalkan data QRIS dalam penilaian kredit. Direktur Risiko, Kepatuhan, dan Hukum Ganda Raharja Rusli menyebut, analisis berbasis transaksi QRIS telah diterapkan sejak dua tahun lalu.
“Melalui data transaksi, kami bisa melihat korelasi antara perilaku pengguna dan risiko kredit,” ujarnya. Saat ini, aplikasi Allo memiliki 13 juta pengguna, dengan pertumbuhan transaksi 3%-4% per bulan.
Potensi dan Tantangan Pemanfaatan QRIS
Meskipun potensinya besar, pemanfaatan QRIS sebagai dasar credit scoring masih menghadapi beberapa kendala. Ketua Umum Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI), Santoso, menilai, data QRIS memang bisa menjadi alat bantu dalam menilai kelayakan kredit, namun belum bisa digunakan secara tunggal.
“Penetrasinya belum merata. Masih ada kelompok masyarakat seperti lansia dan anak-anak yang belum menggunakan QRIS,” katanya. Hal ini menandakan bahwa meski QRIS sangat berguna, kombinasi dengan data keuangan tradisional tetap dibutuhkan untuk menilai kelayakan kredit secara menyeluruh.
Dengan pertumbuhan transaksi yang pesat dan perluasan penggunaan di berbagai sektor, QRIS kini tidak hanya menjadi alat pembayaran digital, tetapi juga membuka jalan bagi inovasi pembiayaan inklusif di sektor perbankan.
Masa Depan Kredit Digital Berbasis QRIS
Dengan semakin banyaknya UMKM dan pengguna ritel yang memanfaatkan QRIS, bank memiliki kesempatan untuk memperluas akses pembiayaan secara digital. Data transaksi QRIS memungkinkan bank menilai risiko kredit secara lebih dinamis dan berbasis perilaku nyata, bukan sekadar data historis tradisional.
Deputi Gubernur BI, Juda Agung, menekankan bahwa pendekatan ini akan mendorong inklusi keuangan, terutama bagi pelaku usaha mikro dan kecil yang belum memiliki riwayat kredit di bank. Dengan begitu, QRIS bukan hanya alat pembayaran, tetapi juga kunci pembuka akses kredit yang lebih adil dan merata.
Bagi bank, integrasi data QRIS ke dalam sistem kredit berarti dapat mengurangi risiko kredit macet sekaligus mempercepat proses persetujuan. Sementara bagi masyarakat, hal ini membuka peluang memperoleh pinjaman dengan prosedur lebih mudah dan transparan.